Kulat Bantilung
Pada saat musim hujan atau panas-hujan, aneka jenis kulat mudah
diperoleh, baik yang hidup di jerami, hidup di pelepah pohon, kayu,
batang pisang, batang enau yang lapuk, batang kepala, bahkan kulat yang
hidup di tanah.
Kemudian bila kulat tersebut di dikerumuni binatang kecil sejenis
lalat atau lalat buah, yang disebut oleh masyarakat setempat binatang
bari-bari maka kulat itu pasti sehat dan tidak beracun.
Sebaliknya bila kulat tersebut terlihat utuh saja walau sudah berumur
tua, dan tidak ada bekas dimakan ulat atau binatang kecil, bahkan
dihinggapi binatang kecil saja tidak maka jangan coba-coba memakan kulat
tersebut, itu pasti beracun.
Kulat bantilung ini muncul secara musiman, biasanya pada musim
tanjang (musim tanam padi), pada musim ini warga setempat sudah
siap-siap mencari gundukan tanah tempat banyak hidup kulat bantilung
ini, kata Haji Mahlan.
Kulat bantilung banyak dicari karena rasanya, paling enak, cukup
hanya disayur bening maka rasanya sudah seperti sup ayam, tambahnya
lagi.
Dari sekian jamur yang banyak berada di kawasan Pedalaman Kalsel
itu, terdapat beberapa jenis yang mudah dikeringkan, kemudian bisa
dimasak kapan perlu.
Seperti kulat karikit, atau kulat gelimir (jamur kuping) itu bisa di
keringkan dan awet berbulan-bulan, kapan perlu di masak dengan apa saja,
makanya rasa enaknya tak berubah.
Makanya, banyak jemaah haji asal Kabupaten Balangan atau para Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi membawa banyak kulat yang
dikeringkan tersebut kemudian di masak saat berada di sana untuk
mengobat kerinduan kampung halaman.
Sumber :
(Hasan Zainuddin/vb/yul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar