Sabtu, 22 Februari 2014

Kulat Bantilung

 Kulat Bantilung


Pada saat musim hujan atau panas-hujan, aneka jenis kulat mudah diperoleh, baik yang hidup di jerami, hidup di pelepah pohon, kayu, batang pisang, batang enau yang lapuk, batang kepala, bahkan kulat yang hidup di tanah.
           Kemudian bila kulat tersebut di dikerumuni binatang kecil  sejenis lalat atau lalat buah, yang disebut oleh masyarakat setempat binatang bari-bari maka kulat itu pasti sehat dan tidak beracun.
Sebaliknya bila kulat tersebut terlihat utuh saja walau sudah berumur tua, dan tidak ada bekas dimakan ulat atau binatang kecil, bahkan dihinggapi binatang kecil saja tidak maka jangan coba-coba memakan kulat tersebut, itu pasti beracun.
Kulat bantilung ini muncul secara musiman, biasanya pada musim tanjang (musim tanam padi), pada musim ini warga setempat sudah siap-siap mencari gundukan tanah tempat banyak hidup kulat bantilung ini, kata Haji Mahlan.
Kulat bantilung banyak dicari karena rasanya, paling enak, cukup hanya disayur bening maka rasanya sudah seperti sup ayam, tambahnya lagi.
Dari sekian jamur yang banyak berada di kawasan Pedalaman Kalsel itu,  terdapat beberapa jenis yang mudah dikeringkan, kemudian bisa dimasak kapan perlu.
Seperti kulat karikit, atau kulat gelimir (jamur kuping) itu bisa di keringkan dan awet berbulan-bulan, kapan perlu di masak dengan apa saja, makanya rasa enaknya tak berubah.
Makanya, banyak jemaah haji asal Kabupaten Balangan atau para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi  membawa banyak kulat yang dikeringkan tersebut kemudian di masak saat berada di sana untuk mengobat kerinduan kampung halaman.


Sumber :
(Hasan Zainuddin/vb/yul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar